Pada hari Sabtu, 27 Agustus 2022, SMK TI Bali Global Badung melaksanakan kegiatan Persembahyangan Bersama di Padmasana SMK TI Bali Global Badung. Kegiatan persembahyangan ini diikuti oleh seluruh warga SMK TI Bali Global Badung yang beragama Hindu. Acara persembahyangan berlangsung dengan hikmat dan dipimpin dan dipandu oleh Guru Agama Hindu dan siswa yang tergabung dalam KSHDI (Komunitas Semeton Hindu Globaliti Badung). Persembahyangan ini dilakukan sebagai bentuk penyucian diri karena bertepatan dengan hari Tumpek Uye atau yang lebih dikenal dengan Tumpek Kandang. Selain persembahyangan, dilakukan juga pelepasan ikan di Kolam SMK TI Bali Global Badung oleh Bapak I Made Indra Aribawa, S.H selaku Kepala SMK TI Bali Global Badung yang kemudian diikuti oleh KSHDI.
Tumpek Uye atau Tumpek Kandang yang biasanya dirayakan setiap Sabtu Kliwon Wuku Uye, merupakan salah satu wujud rasa kasih dan sayang serta ungkapan rasa terimakasih manusia pada binatang peliharaan atau ternak. Pada perayaan Tumpek Kandang, umat Hindu memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Siwa Pasupati atau yang biasa disebut Rare Angon, penggembala makhluk, agar hewan peliharaannya diberkati kerahayuan. Sebab, hewan sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Misalnya, sapi atau kerbau bagi para petani memiliki peran yang sangat besar dalam membantu aktivitas agrarisnya. Sebagai hewan yang ditakdirkan sebagai ubuan tunu seperti ayam, bebek, itik, babi, dan sebagainya sering dijadikan sumber protein untuk menunjang kehidupan manusia. Untuk kepentingan itu hewan ternak memang terus dikembangkan. Tetapi, khusus hewan-hewan yang lain, terutama satwa langka seperti penyu hijau, burung jalak Bali, menjangan, kera, dan sebagainya, harus dijaga dan dilestarikan agar tidak sampai mengalami kepunahan.
Tumpek Kandang juga bagian dari salah satu tradisi di Bali yang memiliki pesan moral untuk selalu bersahabat dengan alam beserta isinya. Selain memuliakan lingkungan binatang (bhuana agung), upacara suci ini juga untuk menyucikan diri dari sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia (bhuwana alit). Binatang itu dianggap sangat berjasa karena sudah membantu manusia dalam bekerja, digunakan sebagai kurban dalam upacara, disembelih untuk konsumsi dsb. Kandang dalam filosopi mengandung makna mengandangkan pikiran yang begitu liar, diibaratkan seperti hewan dan harus dikendalikan sehingga mampu membatasi atau mengekang keinginan yang bersifat seperti binatang, misalnya seperti hidup tanpa tata krama, liar, malas, dan sebagainya.
Untuk itu pada hari Tumpek Kandang kita perlu menyucikan diri, untuk nyomia atau menetralisir kekuatan binatang dalam diri kita, karena daging dari hewan yang kita makan akan bersemayam pada tubuh manusia dan akan membawa pengaruh pada tabiat, sifat dan karakter manusia.
(Humas)